Permata itu berada di antara bebatuan, dia akan tetap permata, berkilau, bercahaya sebagaimana halnya Batu Mulia. Namun bila dia Batu, berada di antara permata pun, dia tetap batu, tidak berkilau apalagi bercahaya. (Anonim)
Sudah sangat lama saya mendengar kata bijak ini. Dari seorang pini sesepuh di keluarga yang menceritakan tentang garis keturunan. Kata dia, tak perlu malu dengan keadaanmu sekarang, ibarat kata bila dirimu baik, seperti halnya permata, maka berada dalam situasi dan lingkungan seperti batu pun, kau tetap permata, tidak akan membuatmu menjadi batu.
Baca juga : Menjemput Rahmat Semesta
Kata bijak ini muncul dalam perenungan saat berseliweran berita tentang ditangkapnya oknum aparat berpangkat tinggi.
Oknum aparat itu terlibat dalam berbagai kasus kriminal. Ironisnya pejabat itu melanggar tugas dan tanggung jawab sendiri sebagai aparat yang ditugaskan negara kepada mereka.
Mulai kasus pembunuhan, pelanggaran etika penyidikan, jual beli narkoba hingga gaya hidup oknum pejabat dan keluarganya yang bermewah. Dunia terbalik.Kata bijak itu seperti mengungkap maknanya.
Rupanya jabatan dan kekayaan seseorang tidak pula menjadi tolok ukur seorang itu adalah Permata. Karena perbuatannya menunjukkan jati diri mereka sebenarnya. Mereka bermental Batu. ketika berada di puncak kekuasaan dan kekayaan pun mereka tak bisa menjadi manusia yang lebih baik.
Baca juga : Pesan Bijak Barack Obama Kepada Dua Puterinya
Sedihnya, kini sulit sekali untuk berpandangan positif tentang institusi ini. Akibat ulah oknum pejabatnya yang kian hari kian banyak terlibat kriminalnya.
Padahal, saya pun meyakini masih ada di antara mereka yang sesungguhnya bekerja dengan benar dan penuh pengabdian dan tanggung jawab kepada negara. Saya yakin masih ada permata di antara batu-batu yang berserakan di institusi itu.
Teringat pula, bagaimana orang-orang bersih yang berusaha berbuat baik di negara ini lalu berusaha dijatuhkan, dicungkil dari jabatannya untuk kepentingan kekuasaan yang salah. Namun mereka tetap harum namanya meski kehilangan jabatan dan kekuasaan. Itu adalah permata. Jabatan yang terlepas dan mungkin mempengaruhi kekayaan mereka, tak membuat mereka lantas menjadi batu.
Berbagai peristiwa tentang naik turunnya kehidupan manusia sesungguhnya menjadi pelajaran bagi manusia hidup. Allah SWT yang menentukan kemuliaan dan kehinaan hamba-Nya.Tentulah Allah yang paling tahu siapa hamba-hambaNya yang layak mendapat kemuliaan.
Baca juga : Menanglah dengan Terhormat
Dalam AlQuran SR Ali Imran ayat:26 sangat jelas tentang hal ini:
“Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki.”
Semoga ini menjadi perenungan.***