Jalan ini sunyi dan sepi. Tak ada riuh, hiruk pikuk dan keramaian. Tak ada sorak sorai, tak ada puja puji, tak juga ada caki maki, hanya sunyi, sepi dan hening.
Para pejalan tak banyak. Ada satu lima hingga lebih pejalan yang jaraknya tak berdekatan. Tapi merekapun tak mau beriringan. Berjalan sendiri-sendiri, hanya saling melempar senyum ketulusan.
Tak ada juga pejalan yang mengenakan kemewahan di sini. Secukup kain yang menutupi seluruh tubuh dengan warna yang teduh dan sejuk. Para pejalan itu pun tak membawa apa-apa selain diri sendiri dan pakaian di badan. Namun wajah satu per satu berseri-seri.
Jalan ini terasa lapang dan luas bagiku. Hawa sejuk dengan pohon-pohon hijau yang besar sepanjang tepian jalan yang terus menanjak, meninggi. Semakin tinggi jalan itu, udara terasa semakin sejuk hingga ke jiwa . Tapi tak membuat kedinginan. Aku pun berjalan sendirian.
Tak banyak orang mau memilih jalan sepi ini. Bahkan mungkin bayanganku pun tidak.
Tapi aku yakin, spirit dari para pejalan, menginginkan bisa berjalan di jalan ini. Meski sunyi dari puja puji, tak juga ada caci maki, tak ada warna warni dan kemewahan, tak ada kesedihan dan kebahagiaan, tak ada yang baik dan jahat, tak ada penuh dan hampa, tak juga kosong. Tapi terasa ringan dan tenang, tak ada kebisingan.
Memang tak mudah menemukan jalan ini. Sepanjang perjalanan di jalanan, jiwa akan menemukan berbagai pelajaran. Entah itu menyenangkan atau penderitaan.
Kebanyakan pejalan ketika menemukan pelajaran yang menyenangkan, membahagiakan dan semua yang indah, lebih memilih untuk singgah menikmati. Lupa bahwa waktu tak pernah berhenti. Dan kita tak pernah tahu kapan waktu kita berakhir.
Untuk menemukan jalan ini, memang terasa sulit dan penuh penderitaan di perjalanan. Harus meninggalkan ramai dan kemeriahan, bahkan sering merasa asing dan sunyi di tengah keramaian. Lalu jalannya terkadang menyempit dan penuh belukar. Penuh onak dan duri, sakit.
Tak terhitung airmata yang tumpah dalam perjalanan kesukaran ini. Namun semakin lama, semakin dihayati, jiwa para pejalan kian tenang melewati kesukaran dan penderitaan perjalanannya. Jiwa bertumbuh setiap hari, bercahaya mungkin karena sabar dan ikhlas menempuhnya, tetap berjalan dijalurnya.
Lalu jalan-jalan kesukaran itu semakin lama semakin menanjak, terus meninggi dan semakin sejuk hawanya dan semakin melegakan. Lalu yang ada hanya ketenangan dan kenikmatan.
Aku memilih jalan ini meskipun harus sendiri… ***
Tello, 8 Agustus 2022