LELAKI itu, hanya seorang lelaki muda yang pendiam. Kerjanya sebagai kuli pada sebuah bengkel meubel sederhana yang bekerja dari pagi hingga sore menjelang. Senin hingga akhir pekan. Disela-sela waktu ketika musim panen atau musim tanam tiba, dia pun berkebun mengikuti tuannya pemilik bengkel yang juga petani kebun.
Lalu, ketika jam istirahat siang dijeda kerja meubel, isteri pak petani akan mengajak mereka makan di rumah, lalu sorenya datang membawa kopi hangat atau es kopi untuk rehat disela kerja mereka.
Lepas senja ketika dia kembali ke rumah kontrakannya dimana dia hidup sendiri, sebotol minuman keras, soju, menemaninya hingga malam berlalu. Berhari-hari hingga berbulan hanya itu yang dilakukannya. Kerja, minum hingga mabuk, dan bekerja lagi.
Hingga di tengah rutinitas yang berlangsung, seorang gadis, puteri anak petani itu mendekatinya. Dengan keberanian dan kepolosan gadis yang tumbuh di daerah perbatasan yang udik ini meminta lelaki itu untuk memujanya, menegurnya dan mengajaknya saling menyapa. Puteri petani itu dengan tegas mengatakan dia tak peduli, siapa lelaki muda itu, apa pekerjaannya, darimana dia berasal, pemabuk atau bukan. Baginya cukuplah mereka saling memuja.
Semula lelaki muda itu bingung dan tak menggubris permintaan puteri pak petani majikannya. Dia diam, bergeming. Namun gadis muda dewasa itu benar-benar tak peduli, meskipun tak lantas jadi ramah apalagi centil. Dia selalu datang membawakan masakan ibunya ketika dia tak datang ke rumahnya untuk makan malam. Young Mi Jong, nama gadis itu tak segan membelikan Soju, dia juga tak ragu menunjukkan perhatian kepada Gu, lelaki muda itu, mengirimkan foto berisi pesan tentang pembebasan, tentang kebaikan hari ini, menolongnya ketika sedang mabuk dan menyelamatkan Mr Gu dari gigitan anjing liar , tanpa peduli balasan.
Baginya cukup Gu memujanya, menghargai kehadirannya. Hingga keinginan Mi Jong hanya tinggal di desa, meski puteri petani ini bekerja di kota, memiliki anak dan memeluk Gu setiap saat. Lalu, diapun mengikhlaskan ketika lelaki pujaannya yang ternyata seorang eksekutif di kota, yang melarikan diri sejenak ke desa, memilih kembali ke pekerjaannya sebagai bodyguard pengusaha klub malam dengan penghasilan jutaan rupiah dalam semalam. Selain airmata kesedihan di malam-malam sepi karena ditinggalkan tanpa jejak, nomor telpon yang tak dapat lagi dihubungi, perempuan muda anak pak petani tak putus untuk memuja lelaki yang telah menambat hatinya.
Selalu ada doa yang indah ketika dia sedih mengenang lelaki muda itu. Selalu ada harapan suatu saat dia akan bertemu kembali dengan pujaan hatinya. Tak pernah Mi Jong menyimpan marah untuknya.
Setelah tiga tahun berpisah, lelaki muda itu akhirnya menghubungi pemujanya, Mi Jong . Rupanya Gu benar-benar memuja gadis itu. Meskipun ditinggalkannya selama 3 tahun. Mereka akhirnya bertemu kembali dengan suasana bathin yang tetap terjaga. Saling memuja .
Kisah drama Korea “My Liberation Notes” mengakhiri episode terakhirnya dengan ending yang terasa menggantung. Tak seperti kisah kebanyakan drakor yang memvisualkan akhir yang saling berpelukan, atau perkawinan, tetapi drama yang ditulis oleh Park Hae Young mengakhiri kisahnya dengan menggambarkan masing-masing perasaan sang tokoh dengan berjalan sendiri-sendiri namun dengan perasaan bahagia.
Yang menarik dari drakor yang diperankan dengan apik oleh aktor Korsel Son Seokgu dan aktris cantik Kim Jiwon adalah isi dari kisah 16 episode ini. Yaitu bagaimana mencintai dan memuja seseorang dengan sederhana. Tak banyak menuntut, menerima pasangan apa adanya, terutama kekurangannya. Kisah ini di kehidupan riil tentu sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak mungkin terjadi.
Dalam kehidupan keseharian, sadar atau tidak, kita sering meminta banyak hal bahkan lebih dari pasangan sendiri. Ini bukan hanya soal kebutuhan hidup, tetapi lebih kepada membentuk kepribadian pasangan kita. Terlalu sering kita ingin mengubah pasangan sesuai dengan nilai ideal yang kita anut. Hingga melarang ini dan itu, harus mengikuti ini dan itu, membuat pasangan kita tidak menjadi dirinya sendiri. Sebaliknyapun demikian. Pasangan terlalu berhasrat mengubah kita menjadi ideal versi dia. Yang akhirnya membuat kita tak bahagia sepanjang kehidupan bersama.
My Liberation Notes mengajarkan kita sebaliknya. Menerima apa adanya, tidak mengubah pasangan menjadi orang lain. Dan cukup bahagia dengan mencintai pasangan lebih dan kurangnya sebagai dia yang utuh... *****
Tello, 3 Juli 2022