SERING beredar pesan yang indah di laman sosial media yang isinya:
“Berbuat baiklah meski orang tak berbuat baik padamu..”
Tanggapan pesan ini bisa beraneka ragam. Bagi sebagian orang itu terasa konyol. Ketika seseorang melempar batu, lalu kita tetap berbuat baik kepada orang itu.
Umumnya, bila kita dilempar batu, maka harusnya membalas dia dengan melempar bunga… bersama potnya. Atau jawaban lain, “Saya khawatir kalau terlalu baik, kita akan terlalu jauh melewati surgaNya”…
Baca juga : Ketika Langit Merona Merah Darah
Ramadan tahun ini seperti mengantarkan jawaban kepadaku. Mengapa kita harus tetap berbuat baik, meskipun orang tak baik kepada kita.
Sebab, kata ustadz yang ceramah sebelum shalat taraweh di Masjid Darul Ikhlas Tello Kecamatan Panakukang, di malam ke sekian Ramadan. Menurutnya berbuat baik itu, hakikatnya untuk diri kita sendiri. Bukan untuk orang lain yang kita baik-baiki.
Kata Pak ustad, karena kita tidak tahu dari sekian banyak amal baik itu yang mana yang akan jadi sebab turunnya rahmat Allah kepada kita.
Mengapa umat manusia harus berharap rahmat Allah turun?
- Sebab rahmat Allah itu, sehingga api menjadi dingin dan tak bisa membakar Nabi Ibrahim AS saat dibakar oleh Raja Namruz.
- Sebab rahmat Allah itu, tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi Ular yang besar dan memangsa ular-ular kecil milik para penyihir Firaun,
- Sebab rahmat Allah ini, Nabi Sulaiman AS bisa memiliki kekayaan seisi dunia dan berbicara dengan hewan..
Baca juga : Melewati Ujian Keimanan Dengan Syukur dan Sabar
“Sebab mengharap rahmat Allah itulah, kita lalu mau berbuat baik”. Adakah manusia yang menolak nikmat rahmat seperti yang dirasakan Nabi Sulaiman Alaihi Salam?
Tello, 14 Ramadan 1443 Hijriyah