Benci dan Cinta Sewajarnya. Kematian tunangan yang harusnya akan dinikahi beberapa hari lagi, membuat Tomoe Yukishiro bersimbah air mata darah.
Kebencian, kemarahan menyeruak dalam dada gadis yang hidup di era Shogun berkuasa sekira tahun 1860-an itu. Membayangkan kebahagiaan hidup bersama kekasih yang dikenalnya sejak kecil pupus seketika. Yang ada kini adalah dendam yang harus dibalaskan kepada pembunuh kekasih hatinya.
Baca juga : Maya Menangkan Kebebasan Bersuara
Tomoe akhirnya bertemu dengan lelaki itu, Kenshin Himura, Battousai sang Pembantai dengan cara yang tidak biasa. Dia menyaksikan Himura bertarung dengan pedangnya dan membuat samurai liar mati bersimbah darah.
Begitulah hubungan lelaki dan perempuan. Waktu, tempat dan kebutuhan masing-masing untuk selalu bersama-sama menyatukan Tomoe dengan lelaki pembunuh kekasihnya ini.
Bertahun-tahun dia mengikuti Kenshin Himura untuk mencari titik lemah lelaki itu. Untuk membalaskan dendam atas nama cinta.
Tomoe bahkan mau mengabdikan dirinya menjadi “isteri” Himura dalam pelarian mereka dari kejaran tentara Shogun.
Bersama waktu, Tomoe akhirnya menemukan titik lemah Himura. Kelemahannya adalah jatuh cinta kepada Tomoe. Namun, Himura tak sendiri. Tomoe pun memiliki titik lemahnya. Dia pun jatuh cinta kepada lelaki itu. Mereka saling mencintai.
Pada sebuah babak dimana kisah balas dendam terus berjalan. Bukan Tomoe, namun keluarga Tomoe yang setia menunggu kapan balas dendam kepada Battousai sang Pembantai itu datang. Seiring terbuka pula jati diri Tomoe sebagai mata-mata yang semula ingin membunuh Himura.
Baca juga :Berbuat Baiklah, Meski Orang Tak Baik Padamu
Begitulah kisah film “Rurouni Kenshin the Beginning” yang dirilis tahun 2020 ini. Bagaimana antara kebencian dan cinta, rasa yang bertolak belakang bisa saling mengisi tempatnya. Karena tak mungkin cinta dan benci bisa bersamaan hadirnya. Karakternya dihidupkan oleh dua pemeran Takeru Satoh sebagai Himura dan Kasumi Arimura sebagai Tomoe.
Namun menurut Lady Whistledown dalam narasinya mengatakan, orang yang paling kita cintai yang memiliki andil paling besar untuk menciptakan luka di hati kita.
Lady Whistledown adalah salah satu karakter dalam drama The Bridgerton, The Duke and I yang Booming Desember 2020 lalu di Kanal Netflix.
Kisah tentang benci jadi cinta dan sebaliknya bukan hanya dua film itu. Ini kisah klasik kehidupan manusia. Antara Benci dan Cinta. Cuma ada itu. Hanya alur ceritanya yang berbeda sehingga hidup lebih berwarna.
Mungkin sebab itu pula, sehingga Muhammad Rasulullah SAW berpesan kepada umat Islam untuk menempatkan rasa urusan dunia ini pada kadar seadanya. Cinta tak berlebihan, marah dan dendam pun tak berlebihan. Sewajarnya saja.
Sebab orang yang kita benci hari ini, bisa jadi orang yang kita cintai pada esoknya. Pun sebaliknya. Orang yang kita cintai hari ini bisa menjadi orang yang paling kita benci pada titik yang lain.
Sungguh sang Maha Membolak-balikkan hati…***
Tello, 29 Agustus 2021