SENJA TEMARAM. Dalam sebuah kamar hotel yang pemandangannya mengarah ke bibir pantai Taman Ria, Talise, Aryanti mendekap erat pria muda, 29 tahun itu. Air matanya menetes membasahi kemeja Hamdan. Langit yang merona jingga di ufuk barat, seolah ikut larut dalam kesedihan Aryanti.
Besok, kekasihnya itu akan kembali ke Jakarta setelah setahun lamanya berada di kota yang terletak di jantung Sulawesi Tengah ini. Hamdan mendapat tugas dari kantornya yang bergerak di sektor tambang. Hari ini genap setahun. Hamdan harus kembali selamanya ke Jakarta, berganti tugas dengan rekan kantornya yang lain.
Pria muda berdada bidang, berkulit sawo matang ini berusaha membujuk kekasihnya untuk ikut ke Jakarta. Namun betapa nestapanya Hamdan. Ajakannya hanya dijawab dengan air mata dan gelengan kepala.
“Kenapa Aryanti? Mari kita menikah dan kita membangun rumah tangga di Jakarta. Untuk apa hubungan kita selama ini bila pada akhirnya kau tak mau juga hidup bersama-sama denganku,” bujuk Hamdan. Air mata Aryanti semakin deras, lelaki itu semakin di dekapnya erat.
Setelah 10 bulan bersama-sama, Aryanti memutuskan hubungan kasih mereka. Setelah hubungan semakin erat dan intim. Ketika cinta Hamdan kepada sang kekasih semakin kuat menjerat hatinya. Aryanti malah memilih pergi.
Masih teringat pertemuan pertama mereka di sebuah kantor dinas setempat. Hamdan datang bersama manager area Sulawesi bertemu dengan pejabat terkait rencana perusahaannya mengembangkan proyek mereka di sana.
Aryanti, perempuan matang berusia 32, adalah Aparatur Sipil Negara yang ikut dalam pertemuan itu. Mereka lalu bertukar kartu nama dan nomor telpon.
Beberapa urusan membuat mereka harus sering bertemu terkait dengan pelaksanaan proyek Hamdan itu. Hamdan bahkan pernah mengantarkan Aryanti pulang setelah acara informal makan malam bersama pimpinan dari Jakarta dengan pejabat dimana Aryanti bekerja.
Semula saling menyapa lewat pesan di gadget. Saling mengirim salam dan cerita jenaka, lalu menjadi percakapan yang intens. Aryanti, perempuan cerdas yang paham dan mengerti seluk beluk pekerjaan di bidang pertambangan dan semua administrasi yang dibutuhkan Hamdan dan perusahaannya. Pria itu sangat terbantu karena kerja Aryanti.
Bagi Aryanti, Hamdan yang lebih muda 3 tahun darinya adalah pria matang yang hangat. Bukan hanya pandai berkomunikasi yang membuat Aryanti tertawa namun pria itu memiliki dekapan yang membuatnya bergairah. Pelan-pelan mencairkan hati Aryanti yang beberapa tahun terakhir ini seperti membeku.
Namun, cinta mereka terlarang. Sudah 6 tahun Aryanti menjadi isteri Haryono, pria yang juga ASN dan menjadi kepala bidang di sebuah dinas pemerintah. Mereka memiliki Anisa, puteri yang kini berusia 5 tahun. Lahir setelah setahun pernikahan.
Rutinitas yang dijalani Aryanti dan Haryono, setiap hari menghambarkan hubungan rumah tangga mereka. Sebagai wanita pekerja yang sekaligus ibu rumah tangga membuat Aryanti seperti tak pernah cukup waktu untuk bersantai. Meskipun ada asisten yang membantu urusan berbenah di rumahnya.
Haryono pun demikian. Pekerjaan sering membuatnya pulang dengan jam yang tak beratur. Sering pula harus keluar kota. Mereka kehilangan komunikasi. Selain berpamitan dan membicarakan tentang urusan Anisa.
Lama tak ada sapaan mesra, tak ada dekapan hangat seperti di malam-malam tahun pertama pernikahan mereka. Yang terjadi, perbedaan pendapat yang berakhir pertengkaran. Aryanti selalu menumpahkan airmata karena perselisihan itu. Keduanya keras kepala, keras hati tak ada yang mengalah. Entah kemana perginya saling cinta dan sayang yang dulu pernah mereka rajut.
Lalu Hamdan datang dengan komunikasinya yang hangat dan pelukan mesra. Membawa lagi keceriaan di hari-hari Aryanti.
Hamdan heran. Pria yang belum pernah menikah itu tak habis pikir mengapa Aryanti tetap bertahan di pernikahan yang tak membahagiakan selama 5 tahun terakhir ini. “Bagaimana bisa kau melewati hari-harimu yang hampa seperti itu?” Tanyanya kepada kekasihnya di suatu malam dimana mereka janji bertemu. “Tak apa-apa, kan ada kamu yang mengisi hatiku sekarang,” ujar Aryanti sambil mendekap manja.
Namun, ketika akhirnya mereka diperhadapkan pada pilihan, Aryanti tetap memilih kembali ke Haryono. Itu sungguh membuat Hamdan kesal. Kemana cinta yang menggelora yang selama ini mereka rasakan. Kemana rayuan, kata-kata mesra yang selama ini Aryanti ucapkan, bila kenyataannya kini malah memilih mundur. Hati Hamdan hancur. Cinta menjadi marah.
“Aku punya Anisa dan keluargaku di sini, Hamdan. Tak mungkin kutinggalkan apa-apa yang sudah kumiliki. Bila bersamamu, aku melepaskan Anisa dan karierku, Hamdan”. Akhirnya Aryanti berbicara.
“Maafkan aku, aku tak berniat melukaimu. Akupun terluka,” ujar Aryanti terisak-isak. Terus mendekap Hamdan yang berkali-kali berusaha melepas pelukan itu. Malam itu menjadi malam yang menyakitkan bagi mereka berdua.
Haryono, 32 tahun. Bukannya tak tahu isterinya berselingkuh. Haryono tahu, Aryanti sering beralasan pekerjaan untuk tak pulang sehari dua, untuk memadu kasih dengan kekasih gelapnya. Tapi Haryono tak mau menegur Aryanti. Diapun tak ingin tahu siapa lelaki yang telah merebut hati isterinya itu. Dia pun tak ingin berubah. Tak ingin membujuk Aryanti kembali ke pelukannya. “Aku tahu dia tak akan bisa meninggalkanku”. Begitu bisik hati Haryono setiap kali dihatinya.
Haryono rupanya menyimpan rahasia. Ternyata dia pun main hati dengan seseorang di luar sana. Kekasih masa lalunya yang hingga kini belum kunjung menikah. Kepada Wulan, Haryono melepas penat dan gelisahnya dari kehidupan rumah tangga yang hambar itu.
Merekapun sering bertemu secara rahasia. Pertemuan perempuan dan lakilaki dewasa. Seperti senja temaram kali ini. Mereka bertemu di sebuah cottage di tepi Pantai di Donggala yang jaraknya hanya sejam 56 menit dari Kota Palu. Menikmati matahari yang kembali ke peraduan diiringi live musik dari restoran di area cottage itu.
Wulan tahu, kekasihnya adalah pria beristeri. Tak masalah baginya. Saat ini dia hanya butuh Haryono sebagai teman melepas gairah dan kegelisahan-kegelisahan sebagai wanita matang.
Wulan perempuan bekerja yang memiliki penghasilan yang lebih dari cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Apalagi di kota sekecil ini. Meskipun beberapa kali dia merasa lelah dengan hubungan itu. Usianya 30 tahun, sudah matang untuk berumah tangga. Sering juga dia iri melihat kawan-kawan sepantarannya yang seperti bahagia dengan pernikahan mereka.
Wulan sendiri pernah bertanya kepada Haryono, kemana mereka akan melabuhkan hubungan ini akhirnya? Mengapa Haryono dan Aryanti bertahan dengan pernikahannya itu?
“Sejujurnya, aku tak mungkin meninggalkan Aryanti, Wulan. Aku masih memiliki cinta kepadanya. Aku yakin dia akan kembali,” ujar Haryono sendu.
“Aku juga tak mau merusak apa yang sudah kubangun, rumah tanggaku yang selama ini selalu menjadi contoh keluargaku di kampung. Dan aku tak mau melukai hati anakku, Anisa. Biarlah, waktu yang akan menjawabnya akan kemana kita berlabuh nanti,” bisik Haryono.
Langit di atas Pantai Taman Ria Talise merona merah dan bergemuruh. Pun di tepian pantai Donggala. Awan-awan hitam bergerak mengikuti gelombang yang meninggi dan membentuk Tsunami. Memecah menghantam apa saja yang ada di sekitarnya bahkan jauh menyeberang jalan. Tak seperti manusia yang sering meninggalkan aturan kehidupan untuk kesenangan sementara. Kali ini semesta pun seperti terlepas dari aturannya.
Di halaman rumah, Anisa, 5 tahun menangis ketakutan dalam pelukan bibi pengasuhnya yang tak berhenti merapalkan doa-doa. Gempa keras mengguncang rumah mereka di senja yang merona merah darah. Anisa menggigil mnunggu ayah dan ibunya yang tak kunjung pulang menjemputnya dari musibah. ***
Tello,1442 Hijriyah