Bahkan Iblis pun menyerah. Ketika Allah SWT meminta seluruh malaikat untuk ‘bersujud’ kepada Adam AS, ada satu malaikat yang menolak. Bagi Iblis, tak pantas bila dia yang terbuat dari api bersujud kepada Adam yang terbuat dari tanah liat yang kotor.
Beberapa literatur yang saya baca, Malaikat itu adalah mahluk Allah SWT yang paling taat. Tugas utama mereka hanya beribadah dan melaksanakan semua perintah sang Khalik.
Dalam perenungan saya, sesungguhnya perintah Allah SWT ini adalah cobaan bagi pemimpin Malaikat itu. Namun pada puncaknya dia tak sanggup. Dia menentang Tuhan.
Lalu malaikat itu dikutuk menjadi Iblis yang diberi tangguh waktu oleh Allah SWT untuk bisa menggoda, mengajak dan menjebloskan manusia ke neraka bersama-samanya.
Riwayat ini membuat saya merenung banyak. Bahkan mahluk Tuhan yang paling taat pun, menyerah kepada cobaan Allah SWT tentang keimanan. Bagaimana dengan Aku yang hanya manusia biasa.
Baca juga : Menjemput Rahmat Semesta
Meskipun harus aku sadari bahwa manusia diberi akal pikiran, nafsu, syahwat dan segala kelebihan lainnya dibandingkan malaikat dan iblis. Tetapi kelebihan-kelebihan itu seringkali menjadi godaan bagi manusia untuk malah masuk terjerumus ke dalam dosa.
Bahkan pada tingkat dosa yang paling berat, manusia bisa menjadi lebih iblis daripada iblis itu sendiri. Sebab kejahatan dan kemaksiatan yang dilakukannya.
Namun mengapa manusia pun bisa menjadi insan kamil? Sebab, pada level tertentu ketaatan manusia kepada Allah SWT bahkan bisa melebihi ketaatan malaikat.
Pada tingkatan tertentu dari perjalanan keimanan manusia, ketika kehadiran Tuhan dirasakannya dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap denyut nadi dalam setiap detak jantung. Ketika Tuhan menjadi “kekasih” yang selalu dirindukannya. Ketika manusia mensifati sifat-sifat Allah SWT, maka dia disebut Insan Kamil.
Dalam Islam ada banyak manusia dengan level tersebut. Sebut Sufi perempuan, Rabi’ah al Adawiyah, para kalifah, sahabat Rasulullah dan tentu “kekasih” kita Rasulullah Muhammad SAW.
Tetapi untuk sampai pada level itu, mereka pun mengalami berbagai cobaan yang bahkan diluar nalarku manusia biasa. Namun cobaan itu tak menyurutkan cinta mereka kepada Tuhan.
Baca juga : Melewati Ujian Keimanan
Dari berbagai kisah menarik tentang ketaatan mahluk-mahluk pilihan ini, saya menyimpannya dalam benak saya, kisah tentang Rasulullah Muhammad SAW yang dilempari batu dan diusir ketika berdakwah di Thaif. Saat ini Kota itu bernama Madinah.
Dalam keadaan terluka parah dan menahan sakit sambil mencari perlindungan Malaikat Jibril, pengantar wahyu turun menemui Muhammad. Jibril mengatakan Allah berkenan bila Muhammad menghendaki Jibril dan malaikat penjaga gunung meratakan Al-Akhasyabain, yaitu dua gunung di Makkah, Gunung Abu Qubais dan yang di seberangnya, Qaiqa’an untuk menghancurkan penduduk Tha’if.
Namun jawaban Rasulullah diluar kemampuan pikiran dan nalarku. Kekasih Allah SWT itu menolak permintaan Jibril. Rasulullah berkata, “Jangan lakukan itu Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Siapa tahu Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) ‘la ilaha illallah’ dari rahim mereka,” jawab Rasulullah.
Baca juga :Permata di Antara Bebatuan
Rasulullah malah berdoa kepada Allah SWT meminta penduduk Thaif diberikan hidayah.
Lihatlah, betapa mulianya manusia pilihan itu. Pertanyaannya pada diriku, mampukah Aku mengikuti akhlak Rasulullah? ***
(Tello, 10 Juli 2021)