Ketika Mengatakan ‘Pria Tak Bisa menjadi Wanita’
Maya Menangkan Kebebasan bersuara. Perempuan berusia, 47 tahun ini, tak pernah menyangka pernyataannya di twitter menjadikannya sebagai ‘pahlawan wanita’ yang memperjuangkan kebebasan bersuara.
Orang-orang mengelu-elukannya di ruang publik, mengatakan, ‘Maya we Love You’. Juga orang akan bertepuk tangan dan berdiri ketika dia menyebut namanya pada sebuah pertemuan.
Ini bermula dari status Maya di Sosial media yang menyatakan bahwa ‘pria tidak bisa menjadi wanita.’ Pernyataan itu dinilai sebagai serangan’ oleh bosnya. Gara-gara itu Maya kehilangan pekerjaan.
Baca juga : Temukan Kebebasan Pangan
Namun dia tidak tinggal diam. Maya melawan balik mengangkat masalah ketenagakerjaan ke pengadilan. Di tingkat pertama ini, pengadilan menolak klaimnya bahwa dia diskriminasi karena keyakinannya yang ‘kritis gender’. Tak hanya itu, Maya pun harus menghadapi serangan di online.
Maya juga men-tweet komentar ‘sebagai wanita berarti manusia wanita dewasa’ dituding telah menimbulkan rasa takut.
Namun isunya menjadi pembicaraan internasional, ketika penulis Harry Potter J. K. Rowling turut campur. Rowling mendukungnya.
Minggu lalu, seorang hakim banding Pengadilan tinggi dalam keputusannya membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya. Memutuskan bahwa memegang pandangan seks biologis tidak pernah berubah terlepas dari identifikasi gender seseorang, adalah keyakinan filosofis yang dilindungi undang-undang kesetaraan. Keputusan itu memenangkan Maya.
Dengan kata lain, Maya Forstater telah memberikan pukulan penting bagi akal sehat.
Baca juga : Sadfishing, Hati-Hati Remaja Anda Terpengaruh
Putusan tersebut melindungi hak untuk mengekspresikan keyakinan dan pendapat. Hak yang menurut Forstater sedang dikikis oleh mereka yang berusaha menahan pandangan yang tidak mereka setujui. Ini juga memperjelas perbedaan antara memegang pendapat dan bagaimana seseorang mengungkapkannya.
Sebagai peneliti senior di Pusat Pengembangan Global di London, Forstater sering blak-blakan dalam berbicara dan teguh berpendirian.
” Jika saya tidak dapat membela diri untuk mengatakannya, apa artinya bagi wanita muda di sekolah. Atau bagi wanita berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Atau bagi wanita lanjut usia di rumah sakit yang ingin mengatakan, “Saya ingin perawat wanita”? Demikian Maya Forstater yang dikutip dari DailyMail, Minggu (13/6/2021).
Dia percaya ‘tempat kerja semakin tidak toleran terhadap perbedaan sudut pandang’ .Dan mencatat bahwa menoleransi kepercayaan orang lain sangat penting dalam masyarakat demokratis.
“Saya pikir penilaian ini akan membuat organisasi berpikir lagi,” tandasnya. Dikatakannya orang harus bisa berdebat tentang isu-isu kontroversial tanpa tersinggung.
Perjuangan Forstater saat ini menjadi bagian dari pertempuran yang lebih luas antara aktivis transgender dan juru kampanye feminis.
Baca juga : Ketika Mencinta dan Membenci Dalam Kadar Yang Sewajarnya
Isu utamanya adalah apakah laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan harus diberi akses ke ruang khusus perempuan.
Maya mengatakan,”Yang sangat saya herankan adalah orang-orang pintar yang saya kagumi. Yang benar-benar pro-sains di bidang lain, dan pembela hak asasi manusia & hak-hak perempuan mengikat diri mereka sendiri untuk menghindari mengatakan kebenaran. Bahwa pria tidak dapat berubah menjadi wanita karena itu mungkin menyakiti perasaan pria,” tulisnya di twitter.
Setelah keputusan pengadilan itu, Maya masih harus menunggu dua tahun untuk kejelasan pekerjaannya. Dengan caranya yang bersahaja, Maya hanya menulis dua kata di Twitter: ‘Kami menang.’
Dia berharap mendapat kejelasan jawaban dari masalah kerjaannya. Tetapi keputusan hakim yang memenangkan dirinya menurutnya sesuatu yang luar biasa besar. Menurut dia, keputusan itu seperti milik banyak orang.
Baca juga : Ini Bisnis yang Bakal Booming 10 Tahun ke Depan
“Jelas ini tentang pekerjaan saya. Tetapi juga tentang semua wanita yang diintimidasi dan dibungkam di tempat kerja,” katanya.
“Orang-orang mengatakan bahwa mereka menangis, memberitahu saya terima kasih dan betapa bahagianya mereka karena saya menang. Beberapa mengatakan mereka sekarang merasa ‘lebih aman’ dalam pekerjaan mereka,” ujar ibu dua putera remaja itu. ***