Batas Langit
No Result
View All Result
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Ihwal
No Result
View All Result
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Ihwal
Batas Langit
No Result
View All Result

Maya Menangkan Kebebasan Bersuara Ketika Mengatakan ‘Pria Tak Bisa menjadi Wanita’

Anita Anggriany Amier by Anita Anggriany Amier
June 13, 2021
0
Readers: 292

MAYA Forstater, 47, tak pernah menyangka pernyataannya di twitter menjadikannya sebagai ‘pahlawan wanita’ yang memperjuangkan kebebasan bersuara.

Orang-orang mengelu-elukannya di ruang publik, mengatakan, ‘Maya we Love You’, juga orang akan bertepuk tangan dan berdiri ketika dia menyebutkan namanya pada sebuah pertemuan.

Ini bermula dari status Maya di sosmed yang menyatakan bahwa ‘pria tidak bisa menjadi wanita.’ Pernyataan itu dinilai sebagai suatu serangan’ oleh bosnya. Gara-gara itu Maya kehilangan pekerjaan.

Maya tidak tinggal diam dengan keputusan itu. Dia melawan balik mengangkat masalah ketenagakerjaan ke pengadilan. Namun ditingkat pertama ini, pengadilan menolak klaimnya bahwa dia didiskriminasi karena keyakinannya yang ‘kritis gender’.

Tak hanya itu, Maya pun harus menghadapi serangan di online.

Maya juga men-tweet komentar ‘sebagai wanita berarti manusia wanita dewasa’ dituding telah menimbulkan rasa takut. Isunya menjadi pembicaraan internasional, ketika penulis Harry Potter J. K. Rowling turut campur. Rowling, memberikan dukungan kepadanya.

Minggu lalu, seorang hakim banding Pengadilan tinggi dalam keputusannya membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya, memutuskan bahwa memegang pandangan bahwa seks biologis tidak pernah berubah terlepas dari identifikasi gender seseorang, adalah keyakinan filosofis yang dilindungi di bawah undang-undang kesetaraan. Keputusan itu memenangkan Maya.

Dengan kata lain, Maya Forstater telah memberikan pukulan penting bagi akal sehat.

Putusan tersebut melindungi hak untuk mengekspresikan keyakinan dan pendapat, hak yang menurut Forstater sedang dikikis oleh mereka yang berusaha menahan pandangan yang tidak mereka setujui. Ini juga memperjelas perbedaan antara memegang pendapat dan bagaimana seseorang mengungkapkannya.

Sebagai peneliti senior di Pusat Pengembangan Global di London, Forstater sering blak-blakan dalam berbicara dan teguh berpendirian.

” Jika saya tidak dapat membela diri untuk mengatakannya, apa artinya bagi wanita muda di sekolah atau bagi wanita dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bagi wanita lanjut usia di rumah sakit yang ingin mengatakan, “Saya ingin perawat wanita”? Demikian Maya Forstater yang dikutip dari DailyMail, Minggu (13/6/2021).

Dia percaya ‘tempat kerja semakin tidak toleran terhadap perbedaan sudut pandang’ dan mencatat bahwa menoleransi kepercayaan orang lain sangat penting dalam masyarakat demokratis.

“Saya pikir penilaian ini akan membuat organisasi berpikir lagi,” tandasnya. Dikatakannya orang harus bisa berdebat tentang isu-isu kontroversial tanpa tersinggung.

Perjuangan Forstater saat ini menjadi bagian dari pertempuran yang lebih luas antara aktivis transgender dan juru kampanye feminis.

Isu utamanya adalah apakah laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan harus diberi akses ke ruang khusus perempuan.

Maya mengatakan,”Yang sangat saya herankan adalah orang-orang pintar yang saya kagumi, yang benar-benar pro-sains di bidang lain, dan pembela hak asasi manusia & hak-hak perempuan mengikat diri mereka sendiri untuk menghindari
mengatakan kebenaran bahwa pria tidak dapat berubah menjadi wanita karena itu mungkin menyakiti perasaan pria,” tulisnya di twitter.

Setelah keputusan pengadilan itu, Maya masih harus menunggu dua tahun untuk kejelasan pekerjaannya. Dengan caranya yang bersahaja, Maya hanya menulis dua kata di Twitter: ‘Kami menang.’

Dia berharap mendapat kejelasan jawaban dari masalah kerjaannya. Tetapi keputusan hakim yang memenangkan dirinya menurutnya sesuatu yang luar biasa besar. Menurut dia, keputusan itu seperti milik banyak orang.

“Jelas ini tentang pekerjaan saya, tetapi juga tentang semua wanita yang diintimidasi dan dibungkam di tempat kerja,” katanya.

“Orang-orang mengatakan bahwa mereka menangis, memberitahu saya terima kasih dan betapa bahagianya mereka karena saya menang. Beberapa mengatakan mereka sekarang merasa ‘lebih aman’ dalam pekerjaan mereka,” ujar ibu dua putera remaja itu. ***

Tags: genderisu genderlakilaki perempuantransgender
Share299Tweet187Share75
Anita Anggriany Amier

Anita Anggriany Amier

Next Post
Ibu, Pelajari Program IVF  Sebelum Memutuskan Menggunakannya

Ibu, Pelajari Program IVF Sebelum Memutuskan Menggunakannya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Facebook Twitter Youtube Vimeo Instagram

Navigate

  • Home
  • About
  • Archives
  • Contact

Category

  • Cerpen
  • KONTEMPLASI
  • News Flash
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Uncategorized

BatasLangit © 2020

No Result
View All Result
  • Home
  • About
  • Contact

BatasLangit © 2020