CINTA LAURA KIEHL namanya. Selebritis, artis, bahkan punya film kelas Hollywood, penyanyi juga dan berpendidikan tinggi. Jangan ditanya soal kekayaan, tentu dia bergelimang.
Baru-baru ini selebritis cantik kelahiran Jerman itu berhasil mengguncang dunia ‘persilatan’ artis, selebritis, sosialita dan warga Indonesia. Termasuk saya juga warga negara Indonesia biasa yang juga ikut merasa.
Dalam sebuah podcast, Cinta yang cantik pintar, kaya dan artis itu mengatakan dia memilih hidup yang sederhana ketimbang membeli barang-barang dengan merek terkenal untuk dikenakannya.
Dia harus berpikir beberapa kali untuk membeli sebuah tas seharga Rp30 juta untuk dia pakai bergaya. “Saya berpikir ada berapa banyak orang yang bisa hidup dari uang sebanyak itu, berapa anak yang bisa sekolah dari uang sebanyak itu.”
Baca juga : Begini Gaya Pengasuhan Anak Ala Lumba-Lumba
Kata Cinta lagi, dia bukannya tak suka dengan barang-barang mewah dan bagus. Namun dalam hidupnya dia harus memilih, maka pilihannya adalah hidup sederhana dan menggunakan uangnya untuk berbagi dengan orang banyak. Ternyata, Cinta dan ibunya memiliki Yayasan kemanusiaan yang mengelola sekolah-sekolah gratis di pelosok desa di Kabupaten Bogor. Luar Biasa.
Tak hanya itu, Cinta bahkan harus berpikir untuk membeli baju seharga Rp500 ribu, baju di bawah Rp1 juta. Dia bertimbang tentang gaji asisten, sopir dan stafnya yang bekerja dengan dia.
Jadi, kata Cinta, jangan pernah membayangkan dia menghabiskan waktu jalan-jalan di Mall untuk shopping.
Wooww…
Statmen Cinta Laura, membuat saya malu. Meskipun saya bukan selebritis, apalagi artis, namun saya punya keinginan yang sama dengan artis dan sosialita yang berseliweran di sosial media sambil mengenakan baju, tas, aksesoris bahkan sepatu mewahnya. Hanya untuk memberi ‘statmen’ kepada khalayak ini loh, saya juga the have. Saya juga punya.
Baca juga : Ketika Hidup tak Lagi Sama
Untung saja, untuk saya itu hanya keinginan. Sebab belum pernah kesampaian bisa pamer-pamer seperti artis-artis atau sosiliata kaya di negeri ini yang ramai di linimasa. Jadi, malunya hanya dirasakan sendiri. Baper sendiri.
Sampai saat ini saya masih terkesima. Di dunia sekarang yang ramai orang memamerkan harta kekayaannya, bahkan sengaja dibuat untuk tampak berkilau di dunia maya, masih ada seorang anak muda, terkenal, kaya raya, dan bergelimang harta, namun memilih hidup sederhana. Dan paling menggetarkan, dia memilih mengabdikan diri untuk membantu sesama. Hari gini?
Sebagai ibu, saya takjub atas apa yang dipilih Cinta Laura. Saya pun takjub kepada Ibu dan ayah Cinta Laura. Sebab, ilmu sederhana itu tidak tumbuh tiba-tiba dalam kehidupannya. Sudah pasti ada orang tua, terutama ibu, yang mengajarkan kepadanya tentang arti hidup hemat, arti berbagi dan bagaimana percaya diri bukan dari benda di sekitar kita, tetapi lahir karena kita memberdayakan diri pribadi.
Baca juga : Jangan Mengukur “Bajumu” Untuk Orang Lain
Lalu saya menengok sekitar, bagaimana orang-orang kebanyakan melakukan hal sebaliknya yang dilakukan Cinta Laura. Bahkan mereka perlu membuat ‘status palsu’ hanya agar mendapat pengakuan dari orang di sekitar. Lalu kini ada juga ‘status palsu’ itu dipakai untuk mempertinggi follower dan subscriber di dunia peryutuban dan sosial media lainnya.
Keserdehanaan, rendah hati, tentang berbagi dengan sesama, ilmu ini yang sepertinya tak banyak atau tak berhasil (?) diajarkan kepada generasi ke generasi di Indonesia.
Sehingga lihatlah bagaimana korupsi menjadi hal biasa. Orang tak malu untuk mengambil yang bukan miliknya hanya untuk memenuhi hasratnya menjadi orang kaya.
Tak sedikit oknum penguasa yang ‘mungkin’ terpaksa berseberangan dengan jiwanya sendiri ketika mengambil kebijakan-kebijakan yang salah, hanya karena khawatir terganggu jabatan dan posisinya. Artinya terganggu juga sumber pendapatannya.
Baca juga : Permata di Antara Bebatuan
Baca juga : Soal Kanker Serviks, Ayo Lakukan Deteksi Dini
Sebenarnya, tak pernah ada orang dilarang untuk menjadi kaya. Penting itu. Karena kita sendiri tak akan bisa berbagi kalau kita tak punya uang dan harta untuk dibagikan.
Namun tentang darimana mana kekayaan itu datang dan digunakan untuk apa, itu yang penting. Kenyataan tidak semudah yang dituliskan. Bisa jadi saya pun sedikit banyak bertentangan dengan nilai-nilai agama yang ditanamkan tentang pentingnya menjaga kebersihan harta, juga kemana digunakan harta itu.
Bersyukur hari ini, masih ada mahkluk cantik, cerdas dan baik hati seperti Cinta Laura yang terkenal dan memiliki banyak penggemar. Pernyataannya semoga bergema ke seluruh Indonesia hingga ke pelosok-pelosok desa, agar menjadi pembelajaran luar biasa.
Harusnya kita orang tua, para pendidik pula menjadikan isu Cinta Laura ini sebagai bahan ajar kepada anak-anak kita. Terutama kepada diri kita pribadi. Mari kita sama-sama mendidik anak kita seperti Cinta Laura dididik ibunya. ***