Batas Langit
No Result
View All Result
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Ihwal
No Result
View All Result
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Ihwal
Batas Langit
No Result
View All Result

Pikirkan Kembali Ketika Akan Menghukum Anak

Anita Anggriany Amier by Anita Anggriany Amier
June 4, 2021
0
Readers: 178

MEMBERI hukuman kepada anak dengan berdiri di satu tempat, atau duduk di sebuah pojok rumah untuk merenungi kesalahannya, sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh keluarga yang di dunia barat di sebut “Time Out”.

Lalu, setelah “Time is Up” beberapa waktu ketika anak-anak menyadari kesalahannya mengakui dengan meminta maaf hukuman pun selesai. Namun menurut Russell Armstrong dari Bedtimez bahwa ‘ilmu’ yang sudah turun temurun tentang bagaimana menghukum anak itu tidak berarti adalah cara yang benar.

Hal itu kini perlu dipertimbangkan lagi. Dengan melihat apakah menghukum anak dengan cara itu masih efektif atau tidak.

Kita sering melihat bagaimana anak bereaksi ketika diberi hukuman seperti itu. Mereka tidak dengan mudah duduk manis lalu memikirkan kesalahan yang mereka lakukan. Membutuhkan beberapa waktu untuk memastikan mereka mau menerima dan duduk diam dengan tenang.

“Mereka jelas sama sekali tidak merenungkan mengapa mereka berada dalam “Time out” ungkap Russell.

Akibatnya mungkin baik orang tua dan anak yang dihukum dengan cara itu mengalami naik turunnya emosi. Sebab bisa jadi anak terpaksa melakukannya dan menyimpan marah. Demikian juga dengan orang tua yang juga menyimpan kemarahan bila anak tak segera patuh. “Artinya (hukuman) ‘Time Out’ itu tidak bekerja dengan baik. Lalu mengapa orang tua masih harus terus melakukan hal itu pada anak?”

Anda mungkin pernah mendengar konsep pola pengasuhan attachment parenting (pengasuhan dengan keterikatan), peaceful parenting (pengasuhan dengan damai), connective parenting (pengasuhan yang saling terikat), and gentle parenting (pengasuhan dengan lembut).

Semua bentuk pola pengasuhan ini hampir mirip. Dimana tujuan utamanya membangun hubungan antara orang tua dan anak dengan kepercayaan, empati dan cinta.

Membangun disiplin kepada anak, melalui koreksi dan tuntunan agar mereka mau mengikuti, itu adalah langkah yang tepat. Namun harus dimulai dengan pondasi hubungan yang kuat agar benar-benar efektif.

Alih-alih memberikan hukuman ‘Time Out’ kepada anak, mengapa tidak sebaliknya membangun hubungan ke dalam ‘Time In’ antara orang tua dan anak sampai keadaan menjadi stabil. Setelah itu lalu mendiskusikan dan memecahkan masalah bersama-sama.

Lalu anak-anak dapat menebus kesalahannya tanpa harus merasa terancam, kekerasan dan ultimatum yang pada akhirnya hanya akan menjadi gangguan dan tidak mengajari anak cara yang tepat untuk bertindak.

Intinya adalah bahwa kita tidak boleh menghukum anak-anak karena bertindak seperti apa adanya, manusia. Bagaimanapun, ini adalah waktu bagi mereka untuk belajar, dan cara yang bagus untuk belajar adalah melalui kesalahan.

Anak-anak belajar bagaimana membangun keterampilan emosional dan sosial mereka dengan menavigasi melalui situasi sulit.

Alih-alih mendisiplinkan karena bertindak seusia mereka, kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk mengajar dan membimbing mereka ke tempat belajar.

Meskipun metode ini lebih memakan waktu, namun pada akhirnya lebih efektif, dengan menghilangkan kesalahan mengatur yang berpengaruh pada masa depan, dan memberikan hukuman secara sembarangan. ***

Tags: anak-anakasuhParentingpendidikan anakpengasuhan anak
Share296Tweet185Share74
Anita Anggriany Amier

Anita Anggriany Amier

Next Post
Jangan Mencemooh Orang, Berempatilah

Jangan Mencemooh Orang, Berempatilah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Facebook Twitter Youtube Vimeo Instagram

Navigate

  • Home
  • About
  • Archives
  • Contact

Category

  • Cerpen
  • KONTEMPLASI
  • News Flash
  • Ragam
  • Refleksi
  • Ruang Keluarga
  • Uncategorized

BatasLangit © 2020

No Result
View All Result
  • Home
  • About
  • Contact

BatasLangit © 2020