Jangan Mencemooh, Empatilah. Awal pekan ini, bintang tenis internasional Naomi Osaka mengumumkan dia memboikot pers di Turnamen Prancis Terbuka untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Keputusannya tersebut menuai berbagai komentar buruk dari netizen. Padahal Osaka mengaku tengah merawat kesehatan mentalnya.
Akibatnya dia didenda USD15.000 dan batal mengikuti turnamen Prancis terbuka itu. Lalu dia dalam pernyataannya, Naomi Osaka mengatakan bahwa dia perlu menjaga kesehatan mentalnya saat itu karena mengalami masalah cemas dan perasan rentan.
Petenis berdarah Jepang ini memilih melakukan perawatan daripada harus mengikuti konferensi Pers.
“Siapa pun yang mengenal saya tahu saya introvert. Dan siapa pun yang melihat saya di turnamen akan memperhatikan bahwa saya sering memakai headphone. Karena itu membantu kecemasan sosial saya,” tulis Osaka dalam sebuah pernyataan.
Baca juga :Kamu Lelah Mental? Kenali Tanda-tandanya
Namun pernyataan Osaka ini disahuti dengan berbagai komentar pedas dan meremehkan. Contohnya, seorang pengguna Twitter berpendapat bahwa karena Osaka memiliki banyak uang untuk mendapatkan bantuan, adalah ‘konyol’ untuk menawarkan ’empati dan bantuan’ kepadanya saat ini.
Editor Senior Media HuffPost, Lindsay Holmes menyayangkan sikap banyak pihak terhadap masalah yang di hadapi oleh bintang tenis Naomi Osaka.
Menurutnya bahwa benar, atlet yang memiliki pendapatan bagus tentu memiliki akses ke sumber daya kesehatan mental yang tidak dimiliki banyak orang lainnya.
Dan secara teoritis bisa mendapatkan bantuan untuk mengelola kesehatan mental mereka sehingga mereka bisa berprestasi.
Tapi itu masalah yang terpisah dari stigma yang jelas terjadi di masyarakat kita. Seperti yang diterima Osaka selama minggu-minggu ini.
Lindsay mengatakan, kondisi kesehatan mental tidak peduli dengan jabatan Anda. Berapa banyak uang di rekening bank Anda atau apakah Anda sukses. Begitu juga dengan budaya manusia tidak menerima kondisi mental seseorang.
Berbagai komentar miring terhadap Osaka termasuk minta status dan gaji Osaka yang harus dibatalkan untuk mendukung langkahnya itu.
Baca juga : 5 Cara Manfaatkan Lemon Untuk kurangi Gula Darah
“Seolah-olah secara otomatis berarti Anda tidak boleh merasakan sedikit pun keputusasaan atau kecemasan. Apalagi membicarakannya,” tulis Lindsay.
Menurutnya, selebriti mungkin tidak akan melihat atau mendengar komentar Anda, tetapi teman, keluarga, kolega, dan rekan Anda yang memiliki masalah yang sama akan melihatnya.
Dia menambahkan, orang-orang dari dunia mana saja pasti akan memilih tetap diam, karena kekhawatiran mereka juga akan diberitahu hal yang sama, kamu harus ‘bertahan’ atau karena dikomentari, ada ‘orang lain lebih buruk.’
“Ketika Anda merendahkan Osaka atau figur publik mana pun yang rentan terhadap kesehatan mental, Anda sedang mengirim pesan bahwa siapa pun yang tampaknya memiliki semuanya tidak diizinkan untuk berantakan,” tandas Lindsay.
Baca juga :Temukan Kebebasan Pangan
Itu bisa berlaku untuk adikmu, bosmu, sahabatmu, siapa pun kata dia. Sukses tidak hanya berlaku untuk figur publik.
“Mengapa kita tidak bersama-sama belajar bahwa keadaan bagaimanapun keadaannya, penderitaan seseorang tidak lebih sah dari penderitaan orang lain. Setiap orang yang berjuang dengan kesehatan mental mereka layak mendapatkan belas kasih kita.”
“Mereka yang membuat keputusan yang sehat untuk memprioritaskan kesejahteraan mental mereka layak mendapatkan dukungan kita. Setiap orang berhak untuk merasa seperti manusia bahkan mereka yang tampak seperti manusia super di lapangan atau sebaliknya,” tutup Lindsay. ***