Ditinggalkan di Panti Asuhan, Kini Jadi Model Vouge. Siapa sangka, seorang remaja puteri Albino, 16, yang ditinggalkan di luar panti asuhan di Tiongkok saat masih bayi karena penampilannya, kini menggemparkan dunia modeling.
Xueli Abbing, 16, adalah bintang model yang sedang naik daun dan bahkan pernah tampil di Vogue Italia. Dia berhasil meruntuhkan stigma seputar kondisinya sebagai albino, seperti dirilis DailyMail.
Setelah diadopsi oleh keluarga Belanda, Xueli pindah di negeri kincir angin itu tinggal bersama ibu dan saudara perempuan barunya, Yara. Dia mulai menjadi model di usia 11 tahun. Selain pemotretan majalah dan catwalk, Xueli juga menjadi model untuk aksesoris raksasa Kurt Geiger.
Baca juga : Honey Ross Kampanyekan Cinta Tubuh dengan Berbikini
Xueli memanfaatkan kondisinya ini untuk merayakan perbedaan, meningkatkan kesadaran tentang albinisme, dan menginspirasi orang lain agar merangkul kecantikan alami mereka.
Setelah bekerja dengan beberapa fotografer dan merek fesyen terhebat, Xueli tampil di Vogue Italia. Menurutnya industri model sedang berubah.
Xueli mengatakan dalam dunia modeling, terlihat berbeda adalah berkah, bukan kutukan. “Itu memberi saya platform untuk meningkatkan kesadaran tentang albinisme,” ujar gadis yang senyumnya terlihat tulus itu.
“Masih ada model yang tinggi badannya setinggi delapan kaki, dua kaki dan kurus tetapi sekarang orang-orang dengan disabilitas atau perbedaan lebih banyak ditampilkan di media dan ini bagus, ini seharusnya normal,” tandasnya lagi.
Menurut BBC, Xueli menjadi seorang model by accident, alias tak sengaja. Semula ibunya berhubungan dengan seorang desainer Hong Kong yang merancang pakaian untuk putranya.
Perancang menyebut kampanyenya saat itu bertema ‘perfect imperfections’ atau ‘ketidaksempurnaan sempurna’. Xueli lalu bergabung dengan peragaan busana yang akhirnya menjadi titik awal karirnya.
Baca juga : Hanya 12 Karyawan Hasilkan Laba Trilyunan
Model yang penglihatannya ini hanya berkisar 8-10 persen itu menambahkan bahwa orang albino mendapat stereotipe dan sering digambarkan sebagai malaikat atau hantu.
Kondisi ini kata dia, akan berbahaya bagi albino yang hidup di negara yang belum bisa menerima keberadaan mereka.
Kakaknya Yara, yang mengelola media sosial Xueli mengatakan adiknya bekerja sebagai model untuk meningkatkan kesadaran seputar albinisme dan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa penyandang disabilitas juga “normal” dan dapat berpartisipasi secara sempurna dalam masyarakat.
Agensi Inggris Zebedee Management, yang mewakili Xueli, mencoba membuat industri ini lebih beragam, dan mewakili mereka yang memiliki disabilitas dan perbedaan yang terlihat.
Albinisme mempengaruhi produksi melanin, pigmen yang mewarnai kulit, rambut dan mata.
Baca juga : Mendidik Anak di Era Milenial, “Didiklah Anakmu, Pada Jamannya!”
Orang dengan albinisme sering kali memiliki warna kulit dan rambut yang lebih terang daripada anggota keluarga atau kelompok etnis lainnya. Juga seringkali memiliki masalah dengan penglihatan.
Warna yang tepat tergantung pada seberapa banyak melanin yang diproduksi tubuh mereka. Sementara kulit yang sangat pucat yang mudah terbakar di bawah sinar matahari dan biasanya tidak kecokelatan juga merupakan ciri khas albinisme.
Pada tahun 2019, Thando Hopa, model Afrika Selatan berusia 32 tahun, membuat sejarah sebagai sampul Vogue pertama dengan albinisme. ***