ALKISAH Aseng, seorang pedagang di sebuah pasar tradisional. Setiap hari sebelum membuka toko, Aseng akan mampir di klenteng dan memberikan persembahan, sambil berdoa, “Tuhan ini Owe”. Doa Aseng hanya itu. Tak pernah lebih.
Suatu hari, Aseng sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Beberapa hari Aseng tak ke klenteng. Suatu malam di tengah rintihan sakitnya, Aseng tertidur. Di antara sadarnya, Aseng merasakan seperti ada sentuhan dan usapan di kepalanya. Lalu terdengar suara Tuhan yang berbisik lembut, “Aseng, ini Owe”. Aseng lalu sehat kembali.
Saya membaca kisah di atas, lewat kiriman Whatsapp grup beberapa tahun silam. Hari ini teringat kembali, lalu malu kepada Aseng. Hamba Tuhan yang tak pernah meminta lebih kepada sang Khalik, selain datang membawa dirinya ke hadapan Tuhan.
Saya teringat kisah Aseng karena hari ini saya mendengar di sebuah channel youtube @SantriKalong, kisah KH Ahmad Bahauddin Nursalim, dalam kajiannya tentang Kitab Al-Hikam bercerita tentang doa para sufi dan alim.
Bagaimana para alim dan sufi itu, enggan dan malu untuk berdoa berkali-kali kepada Allah SWT. Mereka berdoa sekali, karena berpikir Allah itu Maha mengingat. “Tidak perlu diingatkan selalu. Yang diingatkan itu hanya yang sering lupa,” ujar Gus Baha. Seperti itu kitab Al-Hikam tentang keberadaan Allah swt. Sifat Allah swt Adz Dzahir, sangat jelas sekali.
Ulama kharismatik asal Rembang itu bahkan merasa dia pernah agak kriminal. Karena rasa malu untuk selalu meminta dengan doa yang sama kepada Allah swt, maka dia mengganti doanya pada putaran kedua saat tawwaf di Multazam, dinding yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah.
“Saya berdoa pertama kali. Putaran kedua, gak berani berdoa. Gusti (Allah swt,red) kalau saya berdoa lagi seperti menghina Engkau. Putaran ketiga, ingat lagi, lalu saya bertanya, Gusti, Engkau masih ingat kan doa saya?” Begitu Kata Gus Baha yang disambut tawa peserta pengajiannya.
Kata Gus Baha, perilakunya ini asli. Tidak dibuat-buat. “Ada orang tertentu yang muamalahnya punya rasa seperti itu kepada Allah. Itu tidak bisa kamu salahkan. Karena itu tidak dibuat-buat, asli. Karena cintaku kepada Allah seperti itu. tidak bisa saya paksakan,” ungkap Gus Baha. Menurutnya, dia sudah sampai pada maqam itu. Kamu yang belum sampai pada maqam itu, jangan ikuti apa yang dilakukannya, hanya berdoa sekali saja, kata Gus Baha kepada peserta pengajian.
Pada titik tertentu hubungan hamba dengan sang Khalik, bisa terjadi hal serupa itu. Mereka yang merasa malu untuk selalu berdoa meminta berkali-kali kepada Allah swt. Mereka yang selalu merasa cukup atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka. Tak pernah mengeluh. Betapa nikmat mereka yang sudah sampai pada titik itu. (***)
Tello, 20 Ramadhan 1442 Hijriyah