Ibadah kita, takut mengharap atau cinta? “Sayangnya sebahagian kita sangat mempersempit arti ibadah. Salahnya lagi, kita memahami ibadah itu dalam pengertian yang keliru.” (KH Quraish Shibab)
Tokoh ulama Islam Indonesia, KH Quraish Shihab mengingatkan muslim untuk tidak mempersempit pandangannya tentang ibadah. Tak hanya shalat, puasa, zakat, mengaji, serta berhaji. Ada banyak hal baik dan mudah untuk dikerjakan. Dan itu bernilai ibadah. Bahkan nilainya bisa lebih dari shalat. Salah satunya Tafakur.
“Siapkan sedikit waktu untuk merenung. Sabda nabi, bertafakur sesaat lebih bagus daripada ibadah setahun. Kalau ibadah itu tidak disertai hati atau hanya dalam bentuk lahiriyah,” ujar tokoh ulama masyhur Indonesia ini dalam channel youtubenya Quraish Shihab.
Baca lagi : Rumah Ibadah di Dunia dan Akhirat
Tafakur itu kata dia adalah menggunakan apa yang Anda ketahui untuk meraih apa yang Anda tidak ketahui. Salah satunya adalah belajar. “Belajar itu adalah bagian dari berfikir. Belajar ilmu kedokteran, belajar tentang kimia, ini juga tafakur,” ujarnya.
Ulama kebanggaan umat Islam Indonesia ini menegaskan jangan jadikan bulan puasa hanya terbatas pada hal-hal yang biasa kita lakukan, mengaji dan ibadah ritual lainnya.
Demikian juga tentang berdzikir. Orang sering salah paham tentang dzikir. Ulama kharismatik ini mengingatkan untuk tidak menyempitkan makna dzikrullah itu dengan hanya kita duduk berdzikir dan menghitung dzikir itu hingga ratusan kali. Menurut dia, dzikir ini pun adalah bentuk ibadah yang mudah dilakukan.
Bahkan saat kita terkagum-kagum melihat alam semesta ini lalu kita berseru, Subhannallah atau MasyaAllah, itu adalah dzikir. Bila kita mengingat-ingat peristiwa alam atau musibah lalu kita menyebut nama Allah swt, itu pun sudah berdzikir.
Baca juga: Manusia, Mengapa tak Bahagia?
“Bila merujuk dalam Alquran, Allah berpesan kepada Nabi Musa AS, “dzakkirhum bii ayyamillah ingatkan mereka tentang hari-hari Tuhan. Apa itu hari Tuhan? Hari dimana nampak dengan jelas kekuasaan Allah misalnya Tsunami. Ingat tsunami, dzikir itu,” kata Quraish Shihab.
Menyebut rasul, mengingat rasul, membaca tentang rasulullah itu juga dzikrullah. “Jadi bukan cuma membaca beratus-ratus kali ayat atau kalimat Allah itu disebut dzikir. Tidak harus dengan ini. Jangan disebut saya liberal. Namun itulah ajaran agama,” ujarnya.
Dzikir itu tak terbatas, Anda dapat melakukan kapan dan di mana saja. “Saya mau mengatakan bahwa dzikir bukan hanya mengaji, meskipun itupun termasuk dzikir,” tandasnya.
Baca juga : Tuhan, Masih Ingat Doaku Kemarin kan?
Segala sesuatu di alam raya ini, kata dia, dapat dijadikan jangkar untuk kita berdzikir. Bahkan untuk hal-hal yang di luar kendali kita pun, kita bisa berdzikir. Misalnya bersin.
Sekarang, tinggal bagaimana kita meletakkan ibadah kita ini. Kata Quraish Shihab, ibadah itu adalah ketundukan yang luar biasa kepada sesuatu yang Anda takuti luar biasa. Atau kagumi luar biasa yang Anda tidak tahu hakikatnya (Allah swt,red)”. Tidak ada ibadah kepada mahluk. Ibadah itu hanya kepada Allah swt.
Ibadah atau ubudiyyah ini hakikatnya dengan hati. “Apakah kita beribadah karena kita takut, mengharap, atau karena cinta? Kalau tidak kaitannya dengan hati, tidak dinamai dengan ibadah”.
Kita lihat bagaimana ibadah kita. Jangan sampai kita beribadah hanya sekadar ruku dan sujud secara lahiriyah tapi tak menaruh hati kita di sana.
Baca juga : Melewati Ujian Keimanan Dengan Syukur dan Sabar
Quraish mengutip kata-kata Ibnu Sina, cendekiawan muslim yang masyhur dengan nama Avensinna di Eropa. Filsuf Islam ini mengatakan bila orang yang beribadah hanya karena takut, itu seperti hamba sahaya kepada tuannya yang mereka kerja baik kalau dilihat. Kalau beribadah hanya mengharapkan ganjaran itu seperti pedagang.
“Maka ibadah yang sesungguhnya itu adalah dorongan cinta. Karena cinta kita kepada Allah semata” (***)
Tello, 18 Ramadhan 1442 Hijriyah