Hidup seringkali tak seindah mimpi. Ketika masih kecil bercita-cita menjadi dokter, ingin jadi insinyur pertanian, mau jadi pramugari, apa saja. Dan bisa berganti-ganti hanya dalam sekejap. Dalam perjalanannya tak jarang bila jiwa terluka.
Ketika remaja, jatuh cinta pada artis, penyanyi dan Idol lainnya. Tapi bisa sebatas angan, itu saja sudah luar biasa. Karena bisa berangan-angan.
Lalu ketika jadi sarjana, berharap mempunyai pekerjaan yang bagus, memiliki gaji besar dan fasilitas lengkap dari perusahaan ternama. Memiliki jabatan jadi orang kaya raya.
Mimpi setelah itu, bertemu pangeran dari kerajaan antah berantah, memiliki pernikahan yang seperti fairy tale, kisah dongeng puteri-puteri, lalu happy forever, bahagia selamanya.
Namun, mimpi tak selalu indah. Apalagi kenyataan hidup. Dalam perjalanannya bahkan seringkali jiwa kita terluka bahkan juga fisik. Tetapi karena nafas masih dikandung badan, kita harus tetap hidup, harus tetap berjalan. Bahkan bersama luka-luka masa lalu. Mungkin juga bersama tangis di waktu-waktu ketika luka itu memerih kembali.
Tak apa. Hadapi saja keadaan itu. Bahkan ketika kita merasa letih. Tak perlu memaksakan jiwa harus segera sembuh. Kita perlu waktu untuk sembuh dari luka-luka jiwa. Mungkin butuh 5 tahun, 10 tahun bahkan puluhan tahun, untuk sembuh. Tetap berjalan saja. Hingga ujung waktu, dimana pada akhirnya kita akan mampu memaafkan dan mengobati jiwa. Tak harus sempurna.
Sepanjang kita tak lepas berdoa. Percayalah bahwa tak terjadi segala sesuatu di atas bumi ini tanpa kehendakNya. Bersyukur saja, karena di tengah luka, di tengah segala bencana, kita masih diperkenankan Tuhan untuk berdoa kepadaNya, masih diberi hati untuk bermunajat kepadaNya. ***