Readers:
816
Ramadhan bersama covid19. Ramadhan 1441 Hijriyah. Sangat jauh berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Bagiku dan keluarga kecil kami, bulan penuh barokah ini adalah tempat dimana kami berkumpul.
Menyediakan waktu Magrib dan subuh bersama. Berbuka dan ketika sahur di rumah. Atau di rumah keluarga atau ngabuburit bersama.
Baca juga : Jangan Ada Ghibah di Antara Kita
Isya dan tarwih pun sering jadi waktu kebersamaan kami. Meskipun, aku lebih sering melaksanakan sendiri di rumah hanya suami dan anak lelakiku shalat di masjid. Tetapi riuh suara di masjid selalu sampai di rumah kami yang hanya berjarak 5 rumah di sebuah kompleks perumahan. Sehingga aku tak pernah merasa sepi, bahkan di dini hari saat akan sahur.
Wabah Covid19 mengubah rutinitas bertahun-tahun yang penuh dengan keriuhan, suka cita dan warna warni. Kini suasananya hening. Tak ramai seperti biasa.
Baca juga : Jangan Mengukur Bajumu Untuk Orang Lain
Di hari pertama terasa kesedihannya. Ketika harus sahur tanpa suara mengaji dari masjid. Makanan pun jadi sederhana, seperti makanan sehari-hari. Tak seperti bila Ramadhan tahun lalu, makanan sahur beragam, sisa dari menu sehabis bancaan atau baca doa menyambut ramadhan.
Lalu shalat Tarwih pun sendirian. Tak ada mukena baru yang lembut, sejadah baru atau yang sudah dicuci. Biasanya baru, sebab sesekali akan dibawa saat menghadiri undangan buka puasa bersama.
Di hari ke-4 Ramadhan, ada rasa haru biru. Bila ditahun-tahun sebelumnya, saat beribadah sering terusik dengan berbagai urusan. Mulai dari persiapan berbuka puasa diluar, ke undangan bukber, ngabuburit keluarga, kini tak lagi. Terasa lebih tenang mempersiapkan shalat, mengaji dan ibadah sunah lainnya.
Baca juga : Tuhan, Masih Ingat Doaku Kemarin kan?
Tak perlu repot mukena baru, sajadah baru, baju syar’i baru. Cukup baju dasteran bersih longgar dan menyerap keringat. Lalu shalat menjadi syahdu, doa-doa yang dirapal dengan lirih terdengar sampai di telinga dan menyentuh relung-relung hati, mengurai air mata.
Shalat Tarwih menjadi begitu tenang dan khusyuk. Seperti sedang berdua duaan saja dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Apalagi shalat malam, isinya merajuk dengan Tuhan. Mengadu, berterimakasih dan meminta segala pinta. Termasuk agar musibah Covid19 berlalu. Semua disampaikan dengan tenang, tak ada gangguan suara dan tak perlu terburu-buru. Semua terasa syahdu.
Inikah hikmah dari menyebarnya wabah di bulan Ramadhan? Ketika shalat benar-benar lahir dari keinginan hati yang kuat tanpa ada penyebab lain. Ketika mengaji dan mengkaji ayat-ayat Alquran menjadi lebih banyak waktu.
Aku merasa beda. Sebab ibadahku di Ramadhan tahun sebelumnya sering terganggu dengan niat-niat lain. Baik kusadari maupun tidak. Saat harus mencari mukena baru, baju syar’i baru, berdandan saat akan ngabuburit. Belum lagi sering terlambat masuk waktu shalat karena buru-buru harus berada di suatu tempat. Sepertinya ada maksud lain, selain beribadah. Tak terasa hal itu di Ramadhan 1441 Hijriyah.
Semoga Allah swt menerima ibadah Ramadhan tahun ini, menghapus segala dosa, memberkahi hidup kami selanjutnya..
Amiin yaRabbal alamiin..
(Tello, 4 Ramadhan 1441 H, 28 April 2020)