” YESTERDAY is history, Tommorrow is an mystery, but Today is a gift. That is why it is called, the PRESENT…” (Master Oogway, Kungfu Panda Part-1)
Kalimat bijak itu memang lahir dari seorang Grand master kungfu di film box office “Kungfu Panda” yang sekuel pertamanya dirilis 2008 lalu. Namanya Master Oogway, seekor Kurakura tua dari Kepulauan Galapagos. Dia pemimpin tertinggi Kuil di Lembah Damai, di Negeri Tiongkok kuno yang dihuni para hewan.
Sebagai seorang grandmaster, Oogway tentu telah melewati dan mengalami berbagai macam asam garam kehidupan di dunia persilatan. Memang di dunia nyata, kurakura Galapagos dikenal berumur panjang sekira 100 tahun umurnya. Bahkan raksasa Galapagos itu ada yang mati setelah berusia 150 tahun.
Grandmaster Oogway, adalah orang tua yang arif, bijaksana dan melihat apapun dengan mata bathin. Bahkan, dia tahu kapan dia harus berpindah ke alam lain. Seperti yang banyak diyakini, bahwa manusia pada tataran keimanannya diyakini bisa memahami, merasakan dan mendapat isyarat kapan dia berpulang pada sang Khalik..
Kalimat bijak sarat makna GrandMaster Oogway diatas tentu lahir dari jiwanya yang matang bagaimana memaknai hidup yang dilaluinya sepanjang hari.
Master Oogway tahu, bahwa manusia sering digelisahkan oleh persoalan-persoalan dimasa lalunya. Berharap segala hal buruk tidak pernah terjadi. Menyesali apa yang pernah terjadi, lalu akhirnya bertanya kepada Tuhan dengan nada marah, “Kenapa saya, Tuhan?”.
Manusia pun disibukkan dengan harapan-harapan di masa depan. Mereka risau apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tak mau sengsara, hidup harus cemerlang, harus menjadi sesuatu. Mereka mengerjakan apa-apa untuk masa depan.
Akhirnya, manusia lupa menikmati hari ini. Hari yang penuh dengan warna warni. Melupakan nikmat bisa terbangun dari tidur dengan segar, lupa bersyukur dan berdoa. Hari itu dilewati begitu saja karena memikirkan agenda esok hari. Tak menikmati keindahan-keindahan yang terjadi pada perubahan waktu hari ini.
Grand Master Oogway tak sendiri. Dalai Lama, pemimpin Agama Budha Tertinggi Negeri Tibet, Tensin Gyatso (85 tahun) pun pernah mengatakan manusia seringkali bertingkah aneh. Mereka merisaukan hari-harinya.
Kata Pemimpin Negeri di atas awan ini, manusia sering mengorbankan kesehatannya untuk mengejar uang, lalu mengorbankan uang untuk kesehatannya. Mereka juga selalu khawatir dengan masa depannya dan tidak “hidup” pada hari ini. Hasilnya mereka benar-benar tak hidup di hari ini dan di masa depan. “Mereka hidup seperti mereka tak akan pernah mati. Lalu mati, seperti tak pernah benar-benar hidup,” kata Dalai Lama.
Dari kedua tokoh kehidupan ini, Dalai Lama dan Grand Master Oogway, saya menangkap pesan. Bahwa hidup kita itu hanya hari ini saja. Karena masa lalu sudah berlalu. Kita tak mungkin memutar waktu kembali ke masa lampau, mengubah apa-apa yang telah menjadi takdir kehidupan kita. Lagi pula, tak akan terjadi sesuatu bila bukan karena kehendakNya.
Meskipun demikian, masa lalu bukan untuk dilupakan. Sebab ada pelajaran dan hikmah dari masa lalu itu, bagi mereka yang berpikir.
Tentang masa depan? Aah, itu rahasia Tuhan yang masih tersembunyi. Kita tak perlu mencemaskan apa yang akan terjadi nanti. Namun saya pernah membaca, sebenarnya apa yang akan terjadi di masa depan, sangat bergantung pula dari apa yang kita kerjakan hari ini.
Maka hiduplah untuk hari ini saja. Nikmati setiap gerakan waktu hari ini dengan bersyukur, bekerja sepenuh hati dan ikhlas. Sebab, kita memang hidup hari ini saja. Besok, biarlah menjadi rahasia Ilahi. Itu sebabnya kata Grand Master Oogway, “Mengapa hari ini disebut Present? Karena hari ini adalah Gift, sebuah hadiah dari Tuhan.
(Tello Menjelang Ramadhan 1441, 23 April )