Keberkahan dalam Hidup. Ini cerita tentang Dg Gassing. Ia penjaja sayur keliling di kompleks rumah saya di Makassar. Setiap pagi Dg Gassing menyambangi ibu-ibu di kompleks rumah dengan teriakannya yang khas.
“Sayur, sayur, ooiii, Tahuu Tempeee tanpa tulang”.
Dg Gassing paling terkenal di kompleks kami dari sekian penjaja keliling lainnya. Selain ramah, jualannya terbilang murah.
Dia tak segan menambah jumlah barang yang dibeli juga mendiskon harga. Ini yang paling disukai ibu-ibu. Soal harga murah ini pernah saya tanyakan.
“Apa nda salah hitung?”, “Apa Daeng nda rugi?”.
Asiknya dengan ceria dia menjawab, “Tidak tonji bu. Ada jiw juga untungnya.”
Baca juga : Ditinggalkan di Panti Asuhan, Albino ini Kini Menjadi Model Vouge
Lalu mengalirlah cerita ini.Dulu, Dg Gassing mengaku pernah menjaga 14 stand lapak makanan di sebuah kampus. Dalam sebulan, dia bisa meraih Rp13-15 juta.
“Lalu kenapa ditinggalkan?” tanya saya heran.
Membayangkan uang sebanyak Rp15 juta dilepas dan memilih jualan sayur keliling. Seperti tak masuk di nalarku.
“Iya bu, ada masalah sehingga kita keluar dari kampus. Tapi saya syukuri, bu”.
Dulu, kata Dg Gassing, uang sebanyak itu tak menyisakan jejak apapun, entah rumah atau kendaraan. Setiap bulannya habis tak bersisa, seperti asap melayang diterpa angin, tak berbekas.
“Sekarang, sehari dapat Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, saya malah sudah bisa bangun rumah,” ujarnya riang.
“Kenapa bisa begitu Dg Gassing?” Saya penasaran. Bukannya harusnya saat uang banyak itulah dia bisa membeli materi, asal dia tahu mengatur uangnya.
“Jualan sayur bu, dari 1 ikat kita sudah dapat untung 200 rupiah itu sudah banyak mi. Tidak usah mau untung terlalu banyak. Dulu, jualan di tempat makan, satu botol Aqua, kita bisa untung sampai 2x lipat. Tapi begitulah, buktinya tidak ada yang kelihatan. Saya tidak tahu juga kenapa. Mungkin ini mi yang halal, karena tidak terlalu serakah mau ambil untung banyak, bikin susah orang,” kata Dg Gassing panjang lebar.
Baca juga : Cinta tak Selalu Berpelukan, Anakku T
“Mmh, begitukah?” Saya mengangguk-angguk saja.
Cara pandang hidup yang tak banyak dimiliki orang. Dimana kebanyakan berburu untung besar, Dg Gassing sebaliknya. Halal dan tidak serakah, kata dia.
Saya yang awam ini mencerna kisah Dg Gassing dengan persangkaan bahwa Allah Swt tentu lebih tahu siapa-siapa hambaNya yang pantas memperoleh berkah dari setiap kerja dan ibadah yang dilakukan.
Hikmah cerita Dg Gassing ini membuat saya mengoreksi diri. Dimana niat saya letakkan saat bekerja? Mencari keberkahankah? Atau sadar atau tidak sadar, saya ada di antara banyak orang, bekerja untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan materi dengan berbagai cara.
Wallahu Alam bissawab.
Tello, 28 April 2019